5 Fakta Mengejutkan dibalik Pelaku Copycat

Ternyata mereka kurang percaya diri!

cr: innovationmanagement.se

Hai Roomers! Apa kabar kalian semua?? Pasti masih sehat dan semangat untuk menjalankan aktifitas masing-masing ‘kan. Aku kembali lagi dengan artikel terbaru.

Tema kali ini jauh berbeda dari topik sebelumnya. Tema ini lebih mengarah pada perilaku seseorang yang gemar mengikuti tingkah atau gelagat yang dilakukan olen orang lain.

Beberapa orang yang suka mengimitasi ciri khas atau gaya orang lain tentunya bukan hal baru bagi kita semua. Istilah yang mengacu pada perilaku tersebut dikenal sebagai copycat.

Jika dilihat dari segi arti, seperti yang dilansir oleh Sisternet, arti copycat merujuk pada orang yang suka meniru orang lain. Sementara menurut Digopaul, copycat mengarah pada orang-orang yang menyalin kegiatan orang lain dan tampak tak memiliki ide mereka sendiri.

Wah, kalau dipahami berdasarkan dua arti tersebut, kesannya semacam menjengkelkan. Beberapa orang juga menilai copycats merupakan pribadi yang menempel pada kesukaan dan pendapat orang lain.

Kalian juga mulai bereaksi tentang para copycats yang menjengkelkan. Beberapa dari kalian juga mungkin mencerca mereka karena tampak kurang kreatif.

Namun terlepas dari hal-hal di atas, ternyata ada beberapa fakta dibalik seorang copycat. Apa saja faktanya? Berikut ulasannya!

1. Kurang percaya diri dengan hasil kerjanya

Fakta pertama ini tentunya mengejutkan. Why? Karena yang kalian lihat dari luarnya ‘kan mereka tampak bangga dengan kegiatan meniru yang dilakukan.

Padahal, mereka sebenarnya kurang yakin dengan hasil kerjanya sendiri. Mereka takut untuk menjadi berbeda seperti yang dilansir dalam kumparan.com. Pada artikel itu juga disebutkan bahwa copycats melihat bagaimana pendahulunya sukses pada suatu bidang.

2. Tidak menemukan karakter atau ciri khas diri yang sebenarnya

Yang berikutnya sudah sangat mengacu pada problem identitas pelaku copycat. Mereka tak menemukan karakter diri yang sebenarnya. Mereka terpaku pada hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang yang dianggap pantas untuk dirinya.

Hal itu disebabkan oleh pola pikir seseorang yang keliru tentang konsep imitasi. Di salah satu laman, Dr. Peggy Drexler menuturkan bahwa terkadang seseorang melihat menirukan orang lain jauh lebih mudah daripada mencari yang baru atau tersembunyi.

3. Ingin diakui seperti panutannya

Fakta yang satu ini terdengar seolah mereka iri dengan orang lain yang menjadi panutannya. Mereka yakin bahwa identitas mereka diakui setelah meniru orang lain. Sehingga, mereka pun tak merasa bersalah setelah menyalin ciri khas seseorang.

Padahal, meniru bukan solusinya. Hal itu dituturkan oleh psikolog Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psi di salah satu situs. Ariani menyatakan bahwa seseorang mencoba meniru orang lain yang dianggap keren tujuannya agar nilai dirinya di mata orang lain terangkat meski terkadang gagal.

4. Enggan berusaha menemukan sesuatu yang berbeda

Selain fakta-fakta di atas, pelaku copycat juga enggan berusaha menemukan sesuatu yang berbeda. Mereka lebih nyaman dengan sesuatu yang nerupakan ciri khas orang lain.

Dalam arti lain, mereka malas menyesuaikan kesukaan diri. Hal itu dinyatakan dalam salah satu artikel. Pada artikel tersebut malas adalah ciri dari seorang atau sekelompok orang yang cenderung meniru orang lain.

5. Kurang mampu mengekspresikan diri

Yang terakhir, mereka termasuk tipikal pribadi yang kurang cakap dalam mengekspresikan diri. Mereka menyalin ciri khas dari seseorang tanpa merasa bersalah.

Hal itu dibuktikan oleh psikolog Vera Itabiliana yang diulas oleh CNN. Ia menyatakan bahwa mereka sebenarnya menderita, dan ada bagian diri mereka yang tidak dapat diekspresikan keluar. Vera juga menambahkan bahwa mereka bisa saja mengalami kebingungan identitas atau identity confusion.

Meniru atau terinspirasi dari seseorang boleh saja dilakukan. Namun, janggan lah terlalu sama. Setidaknya tambahkan sesuatu yang menjadi citi khas kalian. Dengan begitu, kalian bisa lebih berbangga diri ata hasil usaha tersebut.

Sekian pembahasanku tentang copycat dan fakta-faktanya. Semoga dapat bermanfaat bagi kalian semua. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca 😀

Tampak Menjengkelkan, 7 Keburukan Orang Pintar ini Wajib Dihindari !

karena orang pintar tak selamanya menyenangkan

Hai Roomers! Aku harap kalian selalu sehat dan bersemangat di masa pandemi yang belum juga usai ini. Meski rasanya jenuh dan kurang nyaman, kalian jangan lupa bersyukur ya.

Kali ini, temanya masih berhubungan dengan orang pintar yang artinya udah diulas di artikel sebelumnya. Tapi, di kesempatan ini, kita akan melihat lebih detail tentang kelemahan orang pintar.

Orang pintar memang terkesan menarik. Hal itu ditunjang dari segi pengetahuan dan kecakapan dalam menyampaikan sesuatu. Namun, terkadang, individu dengan predikat pintar juga memiliki beberapa keburukan yang dianggap menjengkelkan.

Kok bisa menjengkelkan? Namanya manusia pasti ada kelemahan dan kelebihannya. Diumpamakan seperti koin dengan dua sisi, orang-orang pintar pun tak selamanya menyenangkan. Mereka bisa menjadi pribadi yang mengganggu dan membuat kita enggan berlama-lama bertukar kata. Mungkin, kita juga berselisih paham dengan mereka suatu hari kelak.

Terlepas dari itu semua, kita lebih memandang kelebihan mereka sebagai pribadi yang pintar. Kelebihan itu juga menutupi keburukan-keburukan yang kita tidak sadari. Apa saja keburukan-keburukan tersebut? Berikut ulasannya!

1. Terlalu Ambisius

cr: inc.com

Perilaku ambisius merupakan hal yang sangat tampak dalam diri orang pintar. Mereka mengejar target dan pencapaian tertentu dalam mengerjakan sesuatu. Jika sudah seperti itu, mereka terus berusaha hingga hasil tersebut memenuhi.

Terlalu ambisius di sini merujuk pada keinginan untuk selalu sukses. Mereka tidak ingin dipandang sebagai seorang yang gagal dalam melakukan sesuatu. Selain itu, mereka terobsesi dengan hasil yang maksimal.

Hadirnya ambisi yang berlebihan juga membuat mereka mengejar kesempurnaan. Hal tersebut diulas pada artikel powerfulmind.co. Dalam artikel itu dijelaskan bahwa orang pintar terkadang atau sering berusaha untuk sempurna. Penyebab utamanya adalah karena mereka memiliki kemampuan untuk berpikir di luar batas.

2. Kurang Berempati dengan Kondisi Orang Lain

cr: indy100.com

Berikutnya yaitu kurangnya empati dengan kondisi orang lain. Keburukan ini cukup umum ditemukan dalam diri orang-orang pintar di sekitar kita.

Hal ini disebabkan oleh kelirunya persepsi tentang arti kata “pintar”. Mereka hanya berpegang pada ilmu pengetahuan dan nilai semata. Mereka abaikan nilai-nilai moral baik dalam kehidupan sehari-hari.

Keburukan ini juga selaras dengan kutipan milik Aulia Kushardini. Kutipan itu menyatakan bahwa predikat “pintar” menimbulkan kompetisi dan menyebabkan banyak orang pintar tak memiliki kerendah hatian.

Maka dari itu jadilah pribadi pintar dengan empati yang ideal, ya.

3. Terlalu Berpegang pada Teori

cr: steemit.com

Keburukan ini di dasarkan pada pengertian pintar. Mayoritas orang pintar memahami teori secara mendalam. Hal tersebut membuat mereka menempel pada pengetahuan yang ada.

Hal itu juga menghambat mereka ketika akan memulai sesuatu yang baru. Mereka cenderung memperhitungkan detail-detail yang sebenarnya kurang vital. Terkadang, karena berpegang dengan teori, mereka menjadi terlihat kurang kreatif.

Berpegang pada teori sah-sah saja, tapi tetap menyesuaikan dengan realita yang ada. Teori hanya menjadi dasar bukan keseluruhan element dalam melakukan atau memulai sesuatu.

4. Kurang Menikmati Hidup

cr: mychicagotherapist.com

Karena terbilang ambisius, orang-orang pintar juga tergolong kurang menikmati hidup. Pikiran mereka dipenuhi dengan target dan obsesi yang diinginkan. Hal itu membuat mereka bekerja keras hingga ke titik terdalam.

Target yang telah diatur membuat mereka lupa untuk bahagia. Mereka lupa bagaimana hidup harus dinikmati dengan beragam hal. Mereka memprioritaskan target dan berharap rencana serta kerja kerasnya terbayar. Hal ini juga mempengaruhi prinsip dan pola pikir mereka.

Menentukan suatu standar dalam hidup memang baik dan lebih teratur, tapi jangan terlalu menomorsatukan atau mengusahakannya secara berlebih.

5. Enggan Keluar dari Zona Nyaman

Cr: churchleader.com

Selain keburukan-keburukan di atas, mereka juga kurang berani keluar dari zona nyaman. Mereka merasa zona nyaman adalah tempat terbaik yang dibutuhkan.

Padahal, berada di zona nyaman membuat mereka terhalang untuk mengeksplorasi bakat dan motivasi diri. Seperti yang diungkapkan oleh Himam Miladi bahwa zona nyaman membuat seseorang tak dapat merasakan tantangan dan mengurangi kebahagiaan.

6. Terlalu Bangga akan Predikat Dirinya

cr: freepik.com

Berikutnya, mereka juga tampak sangat bangga menunjukkan predikat sebagai pribadi yang pintar. Berbagai ide dan wacana diutarakan agar publik memandang ilmu yang mereka kuasai.

Mereka tampak proaktif dalam mendukung suatu paham yang menurutnya benar. Hal itu tentunya akan berujung pada mempengaruhi orang-orang di sekitarnya untuk meyakini apa yang mereka rasa benar.

Tindakan yang seperti ini dianggap menjengkelkan karena terkesan memaksakan paham kepada orang lain yang belum tentu sejalan.

7. Kurang Bijak

cr: ibelieve.com

Meski mereka tanggap, mereka tetap harus menentukan solusi terbaik yang berkaitan dengan pokok masalah.

Orang pintar yang kaya akan informasi juga tergolong sebagai individu yang kurang bijak. Meski, mereka cepat tanggap menangani masalah, mereka hanya sekedar mencari solusi.

Mereka tidak sungguh memilah solusi yang tepat untuk masalah yang dihadapi. Hal itu terjadi dikarenakan mereka berpikir secara sistematis sesuai pernyataan di salah satu laman.

Terlepas dari keburukan-keburukan di atas, orang-orang tetap lah bermanfaat bagi kita semua. Tanpa adanya mereka, mungkin segala sesuatunya menjadi kurang dan tidak berdasar. Semoga bermanfaat ya 😀

Apa sih bedanya Pintar dan Cerdas? Berikut beberapa faktanya!

Dua istilah yang sering disamakan, padahal beda banget!

Hai Roomers! Semoga kalian tetap semangat dalam menjalani aktifitas di masa pandemi ini. Pada kesempatan ini, aku kembali dengan tema artikel yang tak kalah menarik dengan tema sebelumnya.

Pada artikel ini, aku akan membahas tentang arti pintar dan cerdas. Selain itu, beberapa contoh juga akan disertakan agar dapat membantu kalian dalam membedakan.

Pertama, aku jabarin pengertian singkatnya terlebih dahulu. Pengertian pintar mengarah pada kecakapan dalam hal ilmu pengetahuan dan teori. Sedangkan, cerdas lebih menekankan kepada perluasan pemahaman dan eksplorasi dari pengetahuan yang diketahui oleh seseorang.

cr: exploringyourmind.com

Gimana? udah ada gambaran? Oke, kita perdalam lagi dengan contoh sederhana.

Ari adalah seorang yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. Lalu, ia mendapati tabungan dan berpikir akan memulai bisnis online. Perlahan, ia mulai mencari teori tentang bisnis online. Kemudian, ia menerapkan teori-teori tersebut, seperti menentukan nama toko, target pemasukan, dan sasaran konsumen.

Dari contoh di atas, Ari tergolong orang yang pintar atau cerdas? Dalam konteks ini, Ari termasuk orang yang pintar. Kenapa? Karena daripada ia melamar pekerjaan di tempat lain dan belum tentu diterima, ia memilih untuk berbinis online. Bisnis online atau pun online dapat menjadi investasi jangka panjang.

Orang pintar akan cenderung berpikir panjang dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Ia akan memperhitungkan resiko yang baik dan buruk. Mayoritas orang pintar lebih memilih untuk menghindari resiko atau dampak buruk dari sesuatu.

Selanjutnya, bagaimana Ari menyiasari agar bisnis onlinenya berjalan lancar? Ia kembali mencari referensi tentang memasarkan barang yang dijual. Ia mulai bertanya pada rekan-rekan dan mencari tips-tips yang berhubungan.

Ari berusaha memahami dan mulai berinovasi dengan bisnis yang dijalani. Ia mulai mempromosikan toko online baik secara online maupun offline. Potongan harga juga diberikan untuk menarik pembeli.

Jika dihadapkan pada strategi dan cara mengembangkan suatu usaha dan eksplorasi pemahaman, hal itu erat kaitannya dengan kecerdasan.

Orang cerdas cenderung lebih kreatif dalam menata strategi. Selain itu, ia tidak melulu terpaku dengan teori atau pemahaman yang ada. Ia terus berinovasi dengan ide-ide yang melayang di pikiran. Ia juga tidak takut dengan beragam resiko. Justru, ia menyediakan solusi untuk menghindari resiko buruk yang akan ditanggungnya.

cr: chintanjain.com

Setelah melihat contoh dan fakta-fakta di atas, aku yakin kalian sudah cukup jelas dengan perbedaan antara pintar dan cerdas. Maka dari itu, kalian tidak seharusnya menyamakan orang cerdas sama dengan orang pintar. Perilaku dan pola pandang dari kedua tipe itu sangat lah berbeda dan sedikit berlawanan.

Menurut aku pribadi, orang-orang jaman sekarang lebih bangga disebut sebagai orang pintar. Mereka langsung merasa bahwa menjadi pintar itu merupakan level teratas bagi tingkat intelegensi individu.

Sangat jarang mendengar pujian untuk seseorang sebagai pribadi yang cerdas. Padahal, menurut persepsiku, orang cerdas terlihat lebih berenergi dalam hal inovasi dan itu lah yang dibutuhkan dalam beragam hal.

Kalau hanya memiliki pribadi yang pintar saja, belum tentu dapat berpikir secara logis. Pribadi yang pintar cenderung tertutupi dengan teori dan ilmu pengetahuan semata. Sedangkan, pribadi yang cerdas termasuk tipikal yang suka dengan kreatifitas dan keluar dari zona nyaman pengetahuan yang itu-itu saja.

Melalui artikel ini, aku harap kalian bisa lebih bijak dalam menilai intelegensi seseorang dan bukan terus menerus berharap menjadi pintar. Tapi, akangkah baiknya, kalau kalian berusaha untuk menjadi pribadi yang pintar dengan sisi cerdas yang menyenangkan.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk kalian semua. Apabila ada kesalahan kata dan istilah, mohon diberi tahu lewat komentar. Jangan lupa like dan komen. Thanks for reading 😀

Design a site like this with WordPress.com
Get started